Jumat, 29 November 2013

Jangan Memberi Makan Lele Sangkuriang menjelang Turun Hujan, benarkah?

Pernahkah anda mendengan nasihat/ungkapan seperti ini? apakah benar begitu? ada yang bilang baik baik saja tuh saka kasih pakan menjelang hujan, lalu apa masalahnya?

Ya, saya termasuh salah seorang yang menghindari pemberian pakan menjelang hujan. bukan karena mitos namun karena alasan ilmiah, dan fakta-fakta simple yang bisa diterima logika. disamping pengalaman mengaplikasikan sendiri.

Berikut alasan-alasan mengapa kita sebaiknya menghindari pemberian pakan pada lele sangkuriang menjelang turun hujan:
  1. Lele adalah binatang yang mudah stres, perubahan kecil saja bisa menyebabkan perubahan yang cukup signifikan pada pola prilaku lele sangkuriang khususnya. Ketika lele stress/atau kekenyangan lele akan cenderung memuntahkan kembali makanan yang telah dimakannya. ini fakta pertama
  2. Kedua, Ketika hujan, titik-titik air hujan yang jatuh akan menimbulkan riak pada pemukaan kolam. Apalagi jika hujan turun tiba-tiba dengan deras, maka lele akan menganggap ini sebagai ganngguan, yang ujung-ujungnya lele jadi sress.
  3. Ketiga, kembali ke fakta pertama, kalau lele stress maka akan memuntahkan makanan yang telah di makannya.
Jika lele memuntahkan makannya, maka pakan yang telah dimuntahkan akan menyebabkan beberapa pengaruh buruk bagi lele itu sendiri, seperti misalnya:
  • Pakan akan berubah menjadi racun, karena pakan yang telah dimuntahkan akan membusuk dan menghasilkan zat-zat yang dapat membunuh lele itu sendiri.
  • Akan mempengaruhi kualitas air pada kolam. misalnya air menjadi bau, kotor, dan lain sebagainya
  • Lele menggantung
  • Banyak lagi masalah lainnya.
Nah terus bagaimana kalau seharian diguyur hujan? apakah lele harus puasa sepanjang hari?

Jawabannya tentu tidak, setelah sekian lama diguyur hujan, tentu lele sangkuriang akan dapat menyesuaikan diri dan tentu saja sudah terbiasa dengan kondisi diguyur hujan. nah intensitas hujan kan tidak selalu deras, anda dapat memilih saat-saat dimaana hujan tidak deras (rintik-rintik) untuk memberi makan lele sangkuriang. Namun pemberian pakan jangan sampai terlalu kenyang supaya tidak dimuntahkan.

Sekali lagi ini adalah pengalaman pribadi, jadi boleh diikuti boleh tidak, silahkan kalau mau diikuti dengan syarat "Do With Your Own Risk" hehe.

Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Salam Patilers

Selasa, 26 November 2013

Mengenal Green Water System

Guna mengkultur mikro-alga dalam pembuatan Green Water pada skala besar, komponen terpenting yang paling dibutuhkan adalah mikro-alga murni. Ada beberapa spesies mikro-alga yang dimanfaatkan dalam pembuatan Green Water secara umum, diantaranya Scenedesmus sp. dan Botryococcus sp.

Kedua spesies tersebut, memiliki kepekatan warna hijau yang cukup tinggi, tetapi dengan warna hijau yang menarik dan laju pertumbuhan yang tidak terlalu tinggi sehingga 'blooming algae' yang sangat mengganggu bisa dihindari dan dapat diketahui juga waktu dimana alga tersebut harus dipanen dan mati. Dengan kelebihan khusus itu, aplikasi dari teknik Green Water ini kolam akan tetap berwarna hijau cerah.

Membentuk sistem Green Water itu sebenarnya sangat mudah, cukup dengan mengkultur mikro-alga spesies murni yang diinginkan (bisa Scenedesmus sp, Botryococcus sp, ataupun Spirulina sp yang terkenal paling kuat kemampuannya mencerahkan warna ikan).

Dengan menggunakan perbandingan 1/3 bibt mikro-alga murni dan 2/3 media air tawar, serta penambahan pupuk khusus modifikasi TSP ZA dan UREA yang dibuat dalam bentuk konsentrat, dan juga bantuan aerasi dari pompa kolam Venturi, maka mikro-alga yang diinginkan sudah bisa dikultur dengan baik. Prinsip dasar dari pertumbuhan mikro-alga ini adalah dengan memanfaatkan nutrisi pupuk serta kotoran ikan dan sinar matahari yang biasa disebut dengan proses foto sintesis.

Pemakaian mikro-alga ini dapat menghemat penggunaan filter karena kotoran ikan secara menyeluruh akan diserap dan dimanfaatkan alga untuk pertumbuhannya. Pertumbuhan mikro-alga dilakukan secara aseksual dengan pembelahan sel. Dengan bertumbuahnya alga tersebut, maka kadar ammonia (NH3) dan CO2 di dalam air dapat ditekan dan kadar Oksigen akan meningkat melalui proses foto sintesis.

Sangat bagus sekali jika ingin menggunakan alga yang mengandung Beta Karoten tinggi seperti Scenedesmus sp. yang sangat cocok diterapkan untuk kolam-kolam pembesaran burayak/benih ikan. Nutrisi benih ikan akan terpenuhi dan nafsu makannya jadi bertambah.Semakin tinggi kadar Oksigen terlarut di dalam air kolam, maka nafsu makan ikan pun akan bertambah. Dan ini akan bagus untuk pertumbuhan ikan.

Satu-satunya kekurangan dari teknik Green Water ini adalah pada malam hari alga akan melakukan proses respirasi yang menghasilkan CO2 sehingga kadar Oksigen dalam air kolam akan berkurang, oleh karena itu dalam teknik Green Water ini kepadatan ikan harus dibatasi, dan pada malam hari kadar oksigen bisa ditingkatkan dengan menggunakan "Venturi Air System" yang berperan melarutkan oksigen dengan air kolam, dengan teknik ini kita akan dapat mewujudkan lingkungan yang sangat kondusif bagi pemeliharaan ikan di kolam.

Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengaplikasikan teknik Green Water pada kolam terpal dan beton agar air cepat menjadi Hijau adalah :
  1. Isi kolam dengan air bersih yang terbebas dari kadar besi (Fe) dan Mangan (Mn) dengan ketinggian air 30-40 cm. Bila menggunakan air dari sumber mata air atau sumur, maka kehadiran spesies mikro-alga perlu dipancing dengan cara pemupukan menggunakan pupuk Urea sebanyak 8 gram/m3 dan Kapur Dolomit sebanyak 200 gram/m3, keduanya ditebar secara merata pada permukaan kolam pada saat pagi hari setelah matahari mulai terbit.
  2. Dibolehkan memberi perlakuan probiotik sebanyak 10 ml/m3 air dan ditebar merata pada permukaan air kolam.
  3. Melakukan pemberian kapur Dolomit dan pupuk Urea selama 3 – 5 hari berturut-turut sampai diperoleh warna air yang hijau cerah.
  4. Jika telah diperoleh warna air yang hijau, maka berarti air kolam sudah siap untuk ditebar benih ikan, tetapi secara berkala masih perlu dilakukannya maintenance (perawatan) pada air kolam, agar warna hijau tetap terus stabil.

Sumber: Member Komunitas Lele Sangkuriang

Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Salam Patilers

Minggu, 24 November 2013

Apakah 'Gangga Spirulina' Dapat Menjadi Herbal Lele Yang Paling Baik?

Dapet informasi menarik dari group Komunitas Lele Sangkuriang, arsipin disini ya biar gampang kalo perlu

Menurut Prof. Ibnu Sahidhir dari Balai Budidaya Air Payau Ujung Bate, di Kabupaten Aceh Besar, penggunaan Gangga Spirulina pada budidaya ikan air laut sering dilakukan, namun belum untuk budidaya ikan air tawar seperti misalnya ikan lele, nila dan gurami.

Air kolam lele yang hijau dan diberi kohe kambing plus herbal rahasia dari Mega Mendung, Bogor itu 'diduga' mengandung Gangga Spirulina yang bisa menjadi suplemen makanan baik buat ikan yang berasal dari dua jenis Sianobakteria, yakni Arthrospira Platensis dan Arthrospira Maxima. Tetapi itu hanya baru sebatas dugaan-dugaan saja lho, untuk memastikannya, maka air hijau pada kolam yang diberi kohe kambing dan herbal rahasia itu perlu di teliti lebih lanjut di laboratorium.

APA ITU SPIRULINA ?


Spirulina memiliki genus sendiri yaitu bernama Arthrospira. Spirulina termasuk jenis tanaman ganggang, umumnya Spirulina dijumpai melimpah di danau-danau wilayah tropis dan subtropis yang memiliki pH tinggi dan kaya akan kandungan senyawa karbonat dan bikarbonat. Spirulina adalah tumbuhan mikroaquatik tertua di dunia.

Keistimewaan tumbuhan kecil bersel tunggal ini, yaitu jika diamati dengan mikroskop terlihat sangat kecil berbentuk spiral, dengan 4 pigmen warna: hijau (karena kandungan klorofil sebagai zat anti oksidan), biru (kandungan phycochyanin sebagai zat anti kanker), jingga (kandungan betakaroten sebagai zat untuk anti body/imunitas), dan kuning (kandungan zat zeaxantin atau xantofil berfungsi untuk nutrisi otak dan mata).

Spirulina memiliki daya detoxifikasi (meluruhkan berbagai penyakit dan racun-racun dari dalam tubuh) 2X lebih baik dari klorofil. Karena manfaat yang luar biasa, Arthrospira Platensis kini banyak dibudidayakan di seluruh dunia. Berjuta-juta pil Spirulina pun telah diproduksi lantaran telah terbukti secara klinis dan medis, mampu menghadang dan menggempur berbagai penyakit, dari yang ringan hingga yang mematikan.

KANDUNGAN SPIRULINA :


Spirulina memiliki kandungan fitonutrient sangat lengkap. Kandungan gizinya lebih dari 100 zat gizi, hingga dijuluki sebagai “The Super Food”. Lima zat gizi utama, yaitu: karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan 4 pigmen alami (betakaroten, klorofil, xantofil, dan phycochyanin). Spirulina kaya akan kandungan protein, yakni 55%-77% dari berat keringnya.

Selain itu, Spirulina juga banyak mengandung asam-asam lemak esensial (misalnya asam gamma linolenat, asam alfa linolenat, asam linolenat, asam stearidonat, DHA, dan AA), berbagai macam vitamin (B1, B2, B3, B6, asam folat, vitamin C, D, dan E), berbagai jenis mineral (kalium, kalsium, kromium, besi, magnesium, mangan, fosfor, selenium, natrium, dan seng), serta pigmen-pigmen fotosintesis (klorofil, santofil, beta karoten, zeasantin, dan lainnya).

ADA 10 KANDUNGAN SPIRULINA SECARA UMUM :


  1. Protein, 3X lebih tinggi dari daging sapi.
  2. Kalsium, 6X lebih tinggi dari susu.
  3. Zat besi, 100X lebih tinggi dari bayam.
  4. Betakaroten, 25X lebih tinggi dari wortel.
  5. Vitamin B12, 4X lebih tinggi dari hati sapi.
  6. Vitamin B1, 16X lebih tinggi dari ikan sardine.
  7. Klorofil, 2X lebih tinggi dari Alfalfa.
  8. Vitamin B2, 4X lebih tinggi dari kentang.
  9. Vitamin B3, 8X lebih tinggi dari buah lemon.
  10. Vitamin B6, 4X lebih tinggi dari asparagus

APA MANFAAT DAN KELEBIHAN SPIRULINA ?


  1. Phycochyanin : Sebagai zat anti virus, anti peradangan, anti kanker, dan berkhasiat meningkatkan kemampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih).
  2. Cholorofil : Sebagai zat anti oksidan (mencegah kerusakan sel / radikal bebas dan meningkatkan daya tahan tubuh), anti toxic/racun, anti kanker.
  3. Zeaxantin : Berfungsi untuk nutrisi otak dan mata.
  4. Betakaroten : Sebagai zat untuk anti body/imunitas (system kekebalan tubuh).
  5. Phytonutrient : Meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah kanker dan radikal bebas.
  6. Neutraceutical : Meningkatkan ketahanan tubuh, mencegah kanker dan anti radiasi.
  7. Enzyme Super Oxyde Dismutase (SOD) : mempunyai aktifitas jauh lebih kuat dari antioksidan pencegah kanker, dengan cara mencegah terjadinya mutasi genetic secara aktif pada sel tubuh.
  8. Asam Lemak Easensial : Melebarkan pembuluh darah, anti peradangan, dan pengencer darah.
  9. Spirulina adalah tumbuhan yang memiliki dinding sel yang sangat lunak sehingga sangat mudah dicerna oleh pencernaan bayi dan orang lanjut usia, mudah diserap dan membantu peredaran darah.
  10. Spirulina adalah makanan yang paling alkali dibandingkan sayur dan buah lain yang tumbuh di bumi, seperti bayam, wortel, apel, kedelai, teh, dan tumbuhan air tawar. Dengan pH yang sangat alkali. Spirulina memberikan keuntungan bagi mereka yang mengalami gangguan pencernaan terutama masalah lambung, pH tubuh terlalu asam dan darah terlalu kental, sehingga peredaran darah tidak lancar.
  11. Spirulina memang memiliki kandungan yang sangat lengkap, dan baik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi manusia. Bayangkan, spirulina ternyata memiliki kandungan zat besi 58 kali lebih banyak dari sayur bayam, dan 18 kali lebih tinggi dari daging. Jenis ganggang yang satu ini juga mengandung beta karoten 25 kali lebih banyak dari wortel, dan 100 kali lebih banyak dari Pepaya. Kaya Omega 3, 6, 9, 49% lebing tinggi dibanding FLO (Fish Liver Oil).

KELEBIHAN SPIRULINA.


  1. Menstabilkan jumlah sel-sel darah merah, sel-sel darah putih dan hemoglobin.
  2. Memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuh.
  3. Mengurangi efek samping terhambatnya produksi stem sel, ( sel-sel penghasil sel darah).
  4. Mengurangi efek yang tidak baik dari kemoterapi, seperti kepala pusing, tidak nafsu makan, sukar tidur, mual muntah, tenggorokan kering ataupun nervous.

PENELITIAN PARA AHLI TENTANG SPIRULINA


  1. Carlos Jimenez dari Department of Ecology, Faculty of Sciences, University of Malaga, Spanyol: “Menemukan kalsium spirulina 3 kali lebih tinggi dibanding susu hewani, zat besi 3 kali lebih besar dibanding bayam”.
  2. Pengujian ilmiah yang dilakukan Nayaka dari Tokai University, Jepang: “Sebanyak 30 pria sehat berkolesterol tinggi dan hiperlipidemia yang diberi asupan Spirulina menunjukkan penurunan 4,5% jumlah serum kolesterol, trigliserida, dan LDL. Mereka mengkonsumsi 4,2 gram spirulina selama 4 minggu tanpa mengubah pola makan”.
  3. J.E.Piero Estrada dari Departament Farmakology, Fakultas Farmasi, Universitas Madrid, Spanyol, mengungkap: “Spirulina kaya antioksidan lantaran kandungan 3 pigmen kaya protein yaitu phykosianin, klorofil, dan zeasantin. Phykosianin, antioksidan larut air, penunjang kesehatan hati dan ginjal. Zeasantin, antioksidan pelindung mata terutama saat tua. Sedangkan klorofil, antioksidan bersifat antikanker dan antiracun”.
  4. Penelitian Laboratory of Viral Pathogenesis, Dana-Farber Cancer Institute and Harvard Medical School, Massachusetts, Amerika Serikat pada 1996, membuktikan: “Spirulina dalam konsentrasi 5-10 mg/ml mampu menghambat pembelahan sel HIV-1, konsumsi Spirulina terbukti memberikan masa hidup lebih lama pada pasien AIDS”.
  5. Armida Hernndez-Corona dari Departamento de Microbiologa, Escuela Nacional de Ciencias Biolgicas, IPN, Meksiko, menunjukkan: “Ekstrak spirulina memiliki sifat antiviral. Ia efektif melawan berbagai virus”.
  6. Tahun 1967. The International Conference on Applied Microbiology, menyatakan: “Spirulina harus dipertimbangkan sebagai sumber makanan untuk masa yang akan datang”.
  7. Tahun 1974. Food and Agricultural Organization (FAO): “Spirulina sebagai makanan terbaik untuk masa depan”. 1974.

    PBB menyatakan dalam Konfrensi Pangan Sedunia, bahwa: “Spirulina adalah makanan paling ideal untuk manusia”.
  8. Tahun 1981. Food and Drug Administration (FDA) dari Amerika Serikat, menyatakan: “Spirulina adalah produk makanan yang sehat dan bebas dari efek samping”.
  9. Tahun 1982. International Food Exposition (IFE) di Jerman, memberikat predikat pada Spirulina sebagai makanan sehat alami terbaik.
  10. Tahun 1983. World Health Organization (WHO), mengintroduksikan: “Spirulina dengan kategori produk sehat untuk abad 21”.
  11. Dr.Hiroshi Watarai,Ph.D.M.D (Director Wakarai Clinic-Tokyo): “Spirulina makanan untuk masa depan”.

    Dr.Yasusaburo Sugi,Ph.D.M.D (Emeritus Professor of University of Education Dept. of Physiology-Tokyo): “Spirulina obat alamiah untuk penyakit kronik, dan sumber kesehatan rakyat Jepang”.
  12. Dr. Toni Sutomo, MPh menyimpulkan: “Spirulina berguna untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menunjang fungsi kardiovaskuler dan keseimbangan kolesterol. Ia juga baik untuk memperbaiki fungsi pencernaan, meningkatkan fungsi detoksifikasi serta mengurangi resiko kanker dengan melindungi tubuh dari racun bebas”.

[Radio Kiss FM Banda Aceh, dihimpun dari berbagai sumber].

Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Salam Patilers

Kamis, 21 November 2013

Menerapkan sistem Bioflok pada Budidaya Lele Sangkuriang

Saya ingin sekali menungkatkan produktifitas lele sangkuraing ke tahapan selanjutnya. namun berdasarkan pengalaman, peningkatan produksi bisa dilakukan dengan beberapa cara diantaranya adalah memperbanyak kolam, atau meninggikan jumlah padat tebar.

Saya rasa sangat menarik menggunakan metode yang ke 2 yakni meningkatkan padat tebar. karena jika harus memperbanyak kolam, tentu diperlukan dana investasi yang tidak sedikit. Nah salah satu teknik yang bisa digunakan menurut para master adalah mengggunakan teknik pembesaran bioflok. Namun Sumber ilmunya sangat jarang bahkan bisa dibilang langka.

Namun saya mendapat beberapa artikel menarik tentang bioflok, seperti yang diutarakan oleh Noer Rachman Hamidi dari agribisnis-indonesia.com, berikut ulasannya:

Berbekal bimbingan praktisi bioflok di tambak udang, Amir dan komunitasnya mengadopsi sistem ini pada budidaya lele. Konversi pakan atau FCR bisa mencapai 0,8 hingga 0,7.

Kian sulitnya sumber air di wilayah Pekalongan Jawa Tengah, banyak kolam lele yang berhenti beroperasi. Saat musim kemarau, banyak pembudidaya yang kesulitan sumber air. “Misalkan, ada yang memakai pompa untuk menyedot sumber air, hanya setiap 2 – 5 menit air berhenti mengalir,” ujar pembudidaya lele asal Pekalongan, Muhammad Amir yang tergabung di Forum Komunikasi Mina Pantura (FKMP).

Penerapan Bioflok pada Budidaya Lele

Mengatasi hal ini, salah satu caranya meminimalkan penggantian air. Amir dan pembudidaya lain menerapkan puasa pakan pelet seminggu sekali. “Harapannya, seperti manusia, ada proses detoksifikasi, peluruhan protein cacat, hingga pembaruan sel organ pencernaan, selain mengurangi limbah yang dihasilkan dari pakan dan kotoran lele,” tutur pria berusia 38 tahun ini.

Amir mengungkapkan, pembudidaya berusaha berinovasi sistem lain. Ditambah informasi yang dibagikan praktisi bioflok udang, salah satunya Suprapto yang berdomisili di Pacitan, Amir bersama pembudidaya di daerahnya mencoba sistem bioflok pada budidaya lele. Dengan bantuan dan bimbingan Suprapto, para pembudidaya mulai mencoba  sistem ini sejak 2010.

Hasilnya, setelah 2 tahun percobaan, FCR (Feed Convertion Ratio) atau konversi pakan menjadi lebih bagus, sehingga sistem ini dikembangkan. Yakni, rata-rata FCR bisa mencapai 0,8 hingga 0,7. Artinya, untuk 1 kg daging hanya membutuhkan 0,7 – 0,8 kg pakan. Beda dengan sistem konvensional dengan rata-rata FCR 1,1 hingga 1,2.

Pengaruhnya, efisiensi pakan dengan pertumbuhan cepat juga mempengaruhi pemberian pakan. “Contohnya, efisiensi pakan dimulai dari pemberian pakan, kita cuma 2 kali sehari. Sedangkan yang konvensional bisa mencapai 3 – 4 kali sehari,” tukas Amir.

Selain itu, lanjut Amir, dengan efisiensi pakan ini, pertumbuhan lele menjadi lebih cepat dan dari segi rasa juga berbeda. “Kita melihat empedu menjadi lebih bening, lever menjadi lebih besar, dagingnya memiliki lemak yang lebih sedikit. Warna daging lebih putih, tekstur pun menjadi lebih jelas dan rasa lebih gurih,” tambahnya.

Proses
Amir lalu merunutkan, dulunya proses yang dia jalankan berlangsung bertahap. Awalnya dia mencoba dulu di kolam sendiri. “Bentuk kolam persegi dengan ukuran 3x4x5m. Kita coba mulai dari kepadatan 500 ekor per m2, lalu 650 ekor per m2, dan sekarang 800 ekor per m2,” tambah Amir yang mengaku sudah memiliki kurang lebih 30 kolam.

Prinsip bioflok ini, yakni memanajemen air dengan intervensi bakteri, terutama dengan mengakali rasio keseimbangan unsur C (Carbon) dan N (Nitrogen), sehingga meminimalisir penggantian air di kolam. “Cara menjaga keseimbangan rasio itu dikonsepkan secara bertahap, yaitu mulai dari mengurangi limbah beracun (amonia, nitrit, H2S) dengan memanfaatkan mikroorganisme (bakteri dan yeast), hingga mendaur ulang Nitrogen anorganik yang bersifat racun menjadi protein sel tunggal,” jelas Amir.

Amir mencontohkan limbah yang dimaksud berasal dari sisa pakan, kotoran ikan, hingga plankton/jasad yang mati. “Misalnya saja, dari pemakaian pakan, hanya 30% yang terserap oleh ikan, sisanya menjadi kotoran yang akan berperan membentuk amonia, hingga nitrit tadi,” tambahnya.

Ia menambahkan, dengan pemakaian bioflok, ada penambahan bakteri/probiotik yang mampu memanfaatkan NH3 dari amoniak dan NH4 dan diambil untuk dijadikan protein sel. “Protein sel ini nanti diikat oleh polimer yang dihasilkan bakteri lain. Dengan adanya protein yang terikat, bakteri akan mengumpul dan menarik konsumen di atasnya, seperti rotifera hingga cacing. Dari sini, selain mendaur ulang nitrogen anorganik, sekaligus menjadi pakan alami,” imbuhnya.

Persyaratan bioflok ini, Amir menuturkan, rasio C dan N haruslah imbang. Misalkan C per N di suatu kolam hasilnya di bawah 12, maka akan terjadi nitrifikasi sehingga yang bekerja bakteri nitrifikasi. “Misalkan rasionya di atas 12, barulah yang bekerja bakteri sintesa protein dari bioflok. Hasilnya pun menjadi sangat baik. Jadi tujuannya agar rasio C dan N harus di atas 12,” ungkapnya.

Bapak dua orang anak ini menjelaskan pula, untuk menjaga keseimbangan rasio C dan N harus ditambahkan karbohidrat sebagai sumber energi untuk merangsang perkembangan bakteri heterotrof, serta menyerap mineral dalam air (termasuk amonia) untuk disintesis menjadi protein. Kasarnya prosesnya seperti ini:C-ORGANIK + NH3 + O2  --> PROTEIN MIKROBA + CO2

Nah mudah-mudahan artikel ini bisa sedikit memberikan gambaran mengenai sistem bioflok
Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Salam Patilers

Minggu, 17 November 2013

Mengenal lebih jauh tentang Lele Masamo

Sekarang ini banyak beredar berita dan kabar tentang varian baru dengan nama Lele Masamo. Nah Apakah sebenarnya Lele Masamo Ini? Apakah ini bibit Unggul atau bagaimana? berikut keterangan yang saya dapat dari Trobos.

Lele Masamo, sebagian menduga nama tersebut adalah akronim dari PT Matahari Sakti Mojokerto. Tetapi Fauzul Mubin, Technical Support and Hatchery Manager PT Matahari Sakti membantah itu. “Bukan. Itu hanya nama yang mengandung hoky dan nama yang bagus saja,” terangnya sambil tersenyum lebar.

Lele Masamo produk dari PT Matahari Sakti (MS) Mojokerto, Jawa Timur ini memiliki keunggulan ketimbang jenis lain yang sudah beredar lebih dahulu. Saking santernya kabar tersebut, sampai-sampai belakangan muncul pihak-pihak yang mengaku-ngaku menyediakan induk dan benih lele Masamo. Padahal, hanya PT MS yang mendistribusikannya terbatas di jaringan mitra internal perusahaan mereka.

Mubin menyatakan, lele Masamo yang beredar sekarang masih generasi pertama, dan direncanakan November 2013 ini akan dirilis generasi kedua.

GENETIK MASAMO

Dijelaskan Mubin, lele Masamo merupakan hasil pengumpulan sifat berbagai plasma nutfah lele dari beberapa negara. Antara lain, lele asli Afrika, lele Afrika yang diadaptasi di Asia, Clarias macrocephalus/bighead catfish yang merupakan lele Afrika dan di kohabitasi di Thailand, dan lele dumbo (brown catfish). “Total ada 7 strain lele,” ungkapnya.

Lele Afrika, papar Mubin, terkenal kecepatan pertumbuhan dan ketahanan tubuh yang tinggi. Sedangkan lele Afrika yang telah mengalami kohabitasi domestik di Asia/Asia Tenggara memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan dan tahan terhadap penyakit lokal. Selain itu ada juga strain yang memiliki produktivitas telur tinggi (spawning rate) dan ada yang leboh efisien pakan.

Dipastikan Mubin, benih sebar yang diperuntukkan bagi budidaya pembesaran konsumsi – atau yang umum disebut Final Stock (FS) — dari breeding Masamo, memiliki sifat bertubuh besar, rakus makan tapi tetap efisien, keseragaman tinggi, stress tolerance tinggi, ketahanan penyakit tinggi, dan sifat kanibal rendah. Untuk sifat induk atau Parent Stock (PS) ditambah dengan spawning rate yang tinggi.

Hatchery (penetasan) Masamo di Pasuruan, sebut Mubin, mampu memproduksi induk PS Masamo 6.000 – 10.000 ekor per tahun. PS Masamo dilepas dengan harga Rp 100.000 – Rp 300.000 per ekor, tergantung jauh-dekatnya lokasi pembeli. Mubin mengakui harga calon induk lele Masamo 2 – 4 kali lebih mahal dibanding induk lele jenis Sangkuriang atau Phyton.

Sementara Final Stock, dikatakan Maylana Nurrma Diyanto, Technical Support and Marketing Supervisor PT Matahari Sakti, permintaan yang masuk ke hatchery PT MS mencapai 5 juta ekor per bulan. Pada April 2013, imbuh dia, benih size (ukuran) 4 cm diperdagangkan seharga Rp 70 per-ekornya, dan Rp 90 untuk yang ukuran 5 cm.

CIRI DAN SIFAT

Lele Masamo memiliki ciri khas fisik cukup berbeda dengan lele Dumbo, Sangkuriang dan Phyton yang lebih dulu beredar. Dijelaskan Maylana, kepala lele Masamo lebih lonjong, menyerupai sepatu pantofel model lama. Sirip (patil) lebih tajam, badan lebih panjang dan berwarna kehitaman. Ketika stres, muncul warna keputih-putihan atau keabu-abuan.

Lebih detil, Danang Setianto menggambarkan, terdapat bintik seperti tahi lalat di sekujur tubuh masamo yang berukuran besar, memiliki tonjolan di tengkuk kepala, serta bentuk kepala lebih runcing. “Pada induk, tonjolan di tengkuk terlihat nyata. Sangat berbeda dengan induk jenis lain, sehingga jenis lele Masamo tak mungkin bisa dipalsukan,” ungkapnya.

Tetapi saat masih berukuran benih, secara fisik lele Masamo susah dibedakan dengan benih lele varietas lain. “Bedanya pada sifat. Masamo lebih agresif dan nafsu makan lebih kuat. Sehingga jika manajemen pakan tidak bagus bisa berakibat pada kanibalisme,” papar Danang. Karena itu Danang hanya memasarkan benih Masamo kepada pembudidaya pembesaran yang serius, bukan yang tradisional.

SIFAT KANIBAL

Mubin mengistilahkan era kanibalisme tinggi pada masamo sudah lewat. “Dulu, waktu generasi awal sekali, sebelum yang generasi I itu memang iya. Pada generasi 1 sudah jauh berkurang sifat kanibal itu,” tegasnya. Mubin telah melakukan uji keseragaman ukuran anakan di hari ke-40 pemeliharaan. Hasilnya, keseragaman akhir normal. Keseragaman akan njomplang jika kanibalisme tinggi, karena ada lele dominan yang memakan lele lain.

Sumber : www.trobos.com
 
Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Salam Patilers

Budidaya Lele Dengan Kombinasi Sistem Tertutup dan Bioflok

Sistem Bioflok merupakan salah satu sistem yang sudah mulai banyak digunakan. namun referensinya sangat minim. Tidak banyak yang mau share (secara gratis) teknik pengembangan dengan sistem ini. Maklum mungkin karena belum banyak juga yang menguasai sistem ini termasuk saya.

Berikut ini ada sebuah artikel yang bersumber dari trobos tentang budidaya bioflok
Untuk efisiensi biaya dalam budidaya lele, telah dicoba dengan solusi budidaya dengan kombinasi sistem tertutup dan bioflok. Budidaya lele dengan sistem air tertutup dan adopsi sistem bioflok sederhana tak hanya mampu menekan biaya pakan, tetapi juga meningkatkan kepadatan tebar dan menurunkan biaya produksi benih.

Gambar dari Google Images
Menurut Dwi Purnomo, Technical Service Area Banyumas PT Suri Tani Pemuka, kunci dari keberhasilan sistem ini adalah kestabilan pH(keasaman) dan eksistensi bakteri pengurai bahan organik yang sekaligus membentuk flok. “Kalau memilih sistem bakteri, maka tidak lagi boleh ada plankton dalam air, juga sebaliknya. Sebab pembentukan flok akan terganggu dengan adanya plankton dalam air,” tuturnya.

Sayang, karena konstruksi kolam lele yang rata-rata tidak tertutup/tidak beratap maka pada musim hujan kemasukan air hujan sehingga terjadi perubahan komposisi kimiawi maupun biologi air, plankton biasanya akan tumbuh. “Walaupun begitu, sistem ini tetap efektif asal persiapan air pada awal periode pemeliharaan sudah benar,” tegasnya.

Tingkat keamanan close system dan flok pada budidaya lele ini, kata Dwi Purnomo, akan sempurna jika benih yang digunakan hasil pembenihan sendiri. Sebab benih merupakan faktor resiko terbesar pembawa penyakit ke dalam kolam selain air. “Bibit dari luar, apalagi dari pasar yang tidak jelas asal-usul dan riwayat manajemen pembenihannya berisiko besar membawa penyakit,”tandasnya.
Manajemen Air

Menurut Suminto, pelopor budidaya lele dumbo di Pokdakan dan UPR (Unit Perbenihan Rakyat) yang terletak di Mandiraja, Banjarnegara, Jawa Tengah, agar air baru memenuhi syarat untuk budidaya sistem tertutup, harus ditumbuhkan pakan alaminya.

“Pakan alami berupa daphnia. Selain itu juga harus tumbuh bakteri yang nantinya saat budidaya berjalan akan menghasilkan flok. Flok ini juga pakan alami,” terangnya. Flok pada lele ini, meskipun belum serumit dan sebagus pada budidaya udang, menurut pengalaman Suminto cukup untuk menurunkan FCR (konversi pakan) sebesar 0,2 bahkan lebih.
Untuk petakan kolam 3x5x0,5 m3 Suminto memasukkan 10 kg kompos dalam karung ke dalam air kolam. Setelah itu, air diberi larutan campuran probiotik 5 ml/m3 dan tetes tebu (molasses) 200 g/m3. Setelah itu air didiamkan minimal selama 1 pekan, sampai timbul kutu air (daphnia). Daphnia menjadi pakan alami benih yang akan ditebar. “Populasi daphnia biasanya mencapai puncaknya pada umur 15 hari setelah air diolah. Mereka muncul begitu saja,” jelas pembudidaya yang mengantongi banyak sertifikat pelatihan dari Kemnterian Kelautan dan Perinanan ini.

Menurut Suminto, air bekas kolam yang telah dipakai pada budidaya periode sebelumnya, harus melalui perlakuan yang hampir sama agar bisa dipergunakan kembali. Selain untuk menekan risiko akibat residu maupun patogen, juga untuk memulihkan nutrisi alami dan keseimbangan mikroorganisme yang ada didalam air itu. Bedanya, kata Suminto, pada air bekas ini tidak perlu diberi kompos lagi. Sedangkan dosis larutan probiotik dan molasses sama persis.

Suminto menyatakan, selain ditandai munculnya daphnia, air sudah ‘jadi’ dan siap ditebari benih jika air kolam warnanya hitam kecoklatan. Namun jika air diambil dengan gelas tetap terlihat jernih. Begitu ikan/benih ikan dimasukkan ke kolam akan muncul ‘kabluk’ (endapan halus) dari dasar kolam. Kabluk yang sebenarnya adalah tanda flok mulai terbentuk ini akan terus teraduk sesuai dengan pergerakan aktif ikan. “Maka kepadatan kolam dibuat lebih tinggi agar flok ini terus teraduk,” katanya.

Semakin bertambah umur penebaran air akan berubah menjadi coklat kekuningan, dan lama kelamaan akan menjadi kemerahan. “Itu tanda flok sudah jadi,”tegas Minto. Teknis perlakuan air ini bisa untuk pembesaran benih maupun pembesaran lele konsumsi.

Dwi Purnomo menyatakan, selanjutnya untuk menjaga populasi bakteri, dibuat tabung konservasi di dalam kolam. “Intinya supaya ada bagian dari kolam yang tidak terjamah ikan. Di situ akan jadi reservoir bakteri yang dibutuhkan oleh sistem ini,”terangnya. Tabung itu bisa dibuat dari gorong-gorong berdiameter 40 – 50 cm dengan panjang melebihi tinggi air kolam. Tabung diletakkan vertikal dan ujung lubang bagian atas yang berada di atas permukaan air ditutup.

Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Salam Patilers

Selasa, 12 November 2013

Langkah-langkah membuat Ventury Air System

Dalam postingan lalu saya sudah memposting sekilas tentang Mengenal Teknologi Aerator Venturi, nah bagi yang tertarik untuk mengimplementasikan teknik ini, ada langkah praktis yang bisa kita gunakan sebagai panduan dalam praktik membuat sistem Venturi.

Dengan Sistem aerator venturi dapat menambah kandungan udara dalam air sampai 65% volume. Metode ini sangat gampang diinstal melewati dinding kolam dari area filter akhir. Sesuatu venturi yaitu tabung hampa silinder dengan wujud yang unik dimana air dipompa. wujud yang unik ini kerap dikatakan sebagai kaca di mana diameter pintu masuk tabung mengecil ke diameter yang lebih kecil, serta selanjutnya kembali dengan diameter aslinya

Dengan teknik ini, air kolam terpal akan terus menerus tercampur dengan Oksigen tinggi secara non-stop dapat mengurangi kematian benih secara sangat signifikan dikarenakan kekurangan O2 bagi sistem metabolisme tubuh ikan telah terpenuhi dengan baik.

Silahkan Klik disini untuk mendownload artikelnya:


Sumber: Achmad Jauhari Arie (Salah seorang member dari KLS)

Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Salam Patilers

Jumlah Padat Tebar Ideal Ternak Lele Sangkuriang

Sudah banyak artikel dan postingan di blog ini, tapi saya lupa membahas secara rinci tentang jumlah padat tebar ideal ternak lele sangkuriang. Banyak informasi yang berkaitan dengan hal ini, ada yang bilang 100, 200 ada yang bilang 400 bahkan 600 ekor per m2. waah banyak amat ya hehe.

Gambar dari Komunitas Lele Sangkuriang
Lha terus mana yang benar? semuanya benar, maksud saya padat tebar ini berkaitan dengan teknik dan tata cara pengelolaan ternak itu sendiri. Jadi ini semua tergantung pada tejknik pemeliharaan yang kita gunakan, mau pake sistem Organik, Sistem Bioflok, ataupun sistem-sistem lainnya.

Walaupun lele mampu hidup dalam lingkungan yang minim oksigen dan air yang sedikit, kenyataannya untuk mendapatkan keuntungan maksimal dari usaha pembesaran lele ini, kita harus tahu kepadatan tebar bibit lele yang mampu memberi dukungan pertumbuhan optimal lele itu sendiri sehingga kendala seperti penyakit atau kanibalisme tidak banyak.

Dengan teknik dan pemilihan jimlah padat tebar yang tepat, Lele yang dibudidaya akan cepat dipanen. berikut Padat tebar ideal untuk budi daya lele dengan teknik organik

Kolam dengan sistem sirkulasi
  • Untuk kolam ketinggian air 0,75 m, padat tebar yang dianjurkan 200 ekor/m2.
  • Untuk kolam ketinggian air 1,25 m, padat tebar yang dianjurkan 300 ekor/m2.

Kolam tanpa sistem sirkulasi
  • Untuk kolam ketinggian air 0,75 m, padat tebar yang dianjurkan 75 ekor/m2.
  • Untuk kolam ketinggian air 1,25 m, padat tebar yang dianjurkan 150 ekor/m2.
CATATAN: Saran saya adalah kalau baru terjun atau baru memulai, silahkan gunakan teknik organik dengan padat tebar sebanyak 100/m2. Nanti kalau sudah bisa dan cukup berhasil, silahkan gunakan teknik diatas.

 
Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Salam Patilers

Minggu, 10 November 2013

Mengenal Teknologi Aerator Venturi

Semakin berkembangnya teknik pengelolaan air kolam semakin banyak membawa perubahan dalam segi pengelolaan air, salah satunya adalah sistem Venturi. berikut ulasan singkat mengenai Sistem Venturi.

Air merupakan faktor kehidupan yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup banyak organisme. Semua makhluk hidup yang tinggal di dalam air kebanyakan membutuhkan oksigen. Oksigen merupakan parameter yang sangat penting dalam air. Sebagian besar makhluk hidup dalam air membutuhkan oksigen untuk mempertahankan hidupnya, baik tanaman maupun hewan air, bergantung kepada oksigen yang terlarut. Ikan merupakan makhluk air dengan kebutuhan oksigen tertinggi, kemudian invertebrata, dan yang terkecil kebutuhan oksigennya adalah bakteri.

Namun pencemaran seperti pembuangan limbah organik dalam air belakangan ini telah menurunkan kadar oksigen dalam air sehingga kualitas air tempat makhluk hidup berada mengalami penurunan. Agar dapat ditinggali makhluk hidup, air harus memiliki spesifikasi yang menunjang kehidupan, salah satunya adalah kelarutan oksigen dalam air. Batas maksimum kelarutan oksigen dalam air tidak dapat dinaikkan tanpa mengubah tekanan, temperatur, ataupun faktor-faktor lainnya yang dapat mengganggu ekosistem air. Oleh karena itu, teknologi yang mampu menambah kadar oksigen dalam air pun dibutuhkan. Salah satu ilmu Teknik Kimia yang dapat diaplikasikan untuk hal ini adalah sistem aerator venturi.

Sistem aerator venturi menggunakan prinsip Bernoulli yang diterapkan pada venturi, yaitu ketika fluida mengalir dalam bagian pipa yang ketinggiannya hampir sama. Ketika fluida melewati bagian pipa yang penampangnya kecil, maka laju fluida bertambah (dari persamaan kontinuitas). Menurut prinsip Bernoulli, tekanan fluida di bagian pipa yang sempit lebih kecil jika laju aliran fluida lebih besar. Hal tersebut dikenal dengan julukan Efek Venturi yang menunjukkan secara kuantitatif bahwa jika laju aliran fluida tinggi, maka tekanan fluida menjadi kecil. Tekanan pada leher venturi yang rendah dari tekanan lingkungan ini menjadi kunci teknologi ini di mana  udara atmosfir dapat masuk ke dalam venturi melalui lubang mikro yang difabrikasi pada leher venturi.



Penggunaan buluh venturi sebagai aerator banyak memiliki keuntungan. Buluh venturi tidak memerlukan pompa eksternal untuk beroperasi. Metode ini tidak menggunakan peralatan yang bergerak sehingga memperpanjang umur pemakaian dan mengurangi kemungkinan untuk rusak. Rangkaian tabung venturi biasanya terbuat dari plastik sehingga tahan terhadap sebagian besar bahan kimia (tidak korosif) serta transparan sehingga mudah untuk mengamati fenomena yang terjadi. Karena peralatannya cukup sederhana, biaya pembuatan pun menjadi murah dibanding dengan peralatan aerator lainnya. Tantangan dalam aplikasi sistem ini adalah teknik untuk menghasilkan gelembung mikro dan nano yang luas permukaannya besar. Luas permukaan gelembung yang besar memungkinkan transfer (difusi) massa ke dalam cairan secara efektif.

Sejauh ini, venturi sebagai aerator mampu meningkatkan kadar udara dalam air sampai 65% volume. Apabila teknologi ini dikembangkan dan mampu menjawab tantangan di atas, maka dunia perairan akan semakin berkembang dengan memasuki babak baru penggunaan teknologi aerator venturi.

Sumber: http://majarimagazine.com

Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Salam Patilers

Kamis, 07 November 2013

Aneh tapi Nyata Budidaya Lele Sangkuriang

Ini Pengalaman pribadi, Saya bingung, bener-bener bingung, banyak sekali yang membicarakan masalah mengenai air cepet bau, cepet kotor, dsb. Ini pengalaman saya ya, saya tidak pernah mengalami yang namanya ganti air, air kolam bau, bahkan air sisa panen, bisa langsung dipake untuk pembesaran berikutnya. paling banter air di saring dari kotoran gedenya (kayak lumpur). Padahal saya gak pake probiotik, gak pake obat2 kimia, dll. Tetangga juga tidak pernah protes karena air bau, karena memang tidak ada bau menyengat yang ditimbulkan.

Saya pernah mengalami masalah lele yang menggantung pada 1-2 hari setelah tebar, tapi biasanya ke-3 nya udah normal lagi.Apakah ada yang istimewa dengan apa yang saya lakukan?Entahlah sulit saya jelaskan, karena jelas saya hanya mengikuti tutor yang diberikan oleh "guru" lelenya. Kalo kata ustad ane Sami'na Waato'na (apa yang didengan dilaksanakan).

Lha trus apakah kita tidak boleh berimprovisasi? tentu saja boleh bahkan harus, namun itu tentu dilakukan setelah kita memahami betul teknik/cara yang akan kita improvisasi. Misal yang saya lakukan adalah improvisasi pakan, kolam, dan sistem pemberian pakan. namun itu dilakukan setelah melewati tahapan yang diberikan oleh "si embah guru" hehe.

Jadi jika ada permasalahan pada ternak lele kita, tanyakan kembali pada diri kita:
  1. Apakah Teknik pemeliharaan yang kita gunakan?
  2. Sudah benarkah/sesuaikah implementasi/pelaksanaan pemeliharaan yang kita lakukan dengan teknik yang dipakai?
  3. Adakah perubahan tata cara (modifikasi) dari sistem yang kita pakai?
  4. Apakah kita yakin sistem pemeliharaan yang kita lakukan sesuai dengan yang ada pada SOP teknik yang diginakan (misal SOP Organik, SOP Ventury, SOP Bioflok, dll)
Jika jawabannya YA, berarti kita tinggal cari penyelesaian/solusi untuk penanganan masalah pada sistem sesuai dengan sistem yang kita gunakan. Misal Jika pakai Organik, cari Solusi untuk Teknik organik.

Jika jawabannya ada yang TIDAK, tinggal dikembalikan lagi polanya ke sistem yang digunakan.

Yah ini sekedar sharing pengalaman saja, sekedar unek-unek yang ingun saya utarakan supaya ga timbul jerawat hehe.
Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Salam Patilers

Minggu, 03 November 2013

Skema Pembuatan Kolam Beton untuk Lele Sangkuriang

Mungkin anda sudah pernah membaca tentang Panduan Membuat Kolam Terpal Lengkap, nah kali ini kita akan membahas tentang skema pembuatan kolam Beton untuk Lele Sangkuriang. membuat kolam beton tentu berbeda dengan kolam terpal. Karakteristik bahan dan juga alat yang digunakan tentu berbeda. Membuat kolam beton lebih mudah jika dibandingkan dengan kolam terpal, namun biaya yang diperlukan juga tentu sedikit lebih mahal. Namun Jika memang kita memiliki sumber dana yang cukup, tidak ada salahnya untuk membuat kolam beton, sebagai kolam pembesaran lele sangkuriang.

Berikut adalah gambar skema kolam beton yang bisa digunakan sebagai panduan ketika akan membuat kolam beton. Sistem pembuangan air kolam yang terdapat dalam skema sedikit banyak bisa membantu mengatasi masalah air hujan yang sifatnya asam yang berada di atas permukaan air kolam dan endapan kotoran di dasar kolam yang airnya banyak mengandung amoniak akibat dari kotoran ikan, pakan tersisa yang tidak termakan, ataupun zat-zat organik lainnya yang bisa berpotensi menjadi racun berbahaya. 


Dengan teknik ini, pengurasan, dan pembersihan kolam bisa dilakukan dengan mudah. selain itu juga bisa melakukan pengontrolan tinggi serta kualitas air kolam dengan cukup mudah.

Idenya saya adaptasi dari teknik Central drain, Central drain merupakan saluran yang memanfaatkan grafitasi untuk mengumpulkan segala endapan organik sisa pakan dan feses ikan dan kemudian dihisap keluar ketika saluran pembuangan dibuka. 

Semoga bisa bermanfaat dan memudahkan pembudidaya dalam pembuatan kolam beton.

Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Salam Patilers