Minggu, 17 November 2013

Mengenal lebih jauh tentang Lele Masamo

Sekarang ini banyak beredar berita dan kabar tentang varian baru dengan nama Lele Masamo. Nah Apakah sebenarnya Lele Masamo Ini? Apakah ini bibit Unggul atau bagaimana? berikut keterangan yang saya dapat dari Trobos.

Lele Masamo, sebagian menduga nama tersebut adalah akronim dari PT Matahari Sakti Mojokerto. Tetapi Fauzul Mubin, Technical Support and Hatchery Manager PT Matahari Sakti membantah itu. “Bukan. Itu hanya nama yang mengandung hoky dan nama yang bagus saja,” terangnya sambil tersenyum lebar.

Lele Masamo produk dari PT Matahari Sakti (MS) Mojokerto, Jawa Timur ini memiliki keunggulan ketimbang jenis lain yang sudah beredar lebih dahulu. Saking santernya kabar tersebut, sampai-sampai belakangan muncul pihak-pihak yang mengaku-ngaku menyediakan induk dan benih lele Masamo. Padahal, hanya PT MS yang mendistribusikannya terbatas di jaringan mitra internal perusahaan mereka.

Mubin menyatakan, lele Masamo yang beredar sekarang masih generasi pertama, dan direncanakan November 2013 ini akan dirilis generasi kedua.

GENETIK MASAMO

Dijelaskan Mubin, lele Masamo merupakan hasil pengumpulan sifat berbagai plasma nutfah lele dari beberapa negara. Antara lain, lele asli Afrika, lele Afrika yang diadaptasi di Asia, Clarias macrocephalus/bighead catfish yang merupakan lele Afrika dan di kohabitasi di Thailand, dan lele dumbo (brown catfish). “Total ada 7 strain lele,” ungkapnya.

Lele Afrika, papar Mubin, terkenal kecepatan pertumbuhan dan ketahanan tubuh yang tinggi. Sedangkan lele Afrika yang telah mengalami kohabitasi domestik di Asia/Asia Tenggara memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan dan tahan terhadap penyakit lokal. Selain itu ada juga strain yang memiliki produktivitas telur tinggi (spawning rate) dan ada yang leboh efisien pakan.

Dipastikan Mubin, benih sebar yang diperuntukkan bagi budidaya pembesaran konsumsi – atau yang umum disebut Final Stock (FS) — dari breeding Masamo, memiliki sifat bertubuh besar, rakus makan tapi tetap efisien, keseragaman tinggi, stress tolerance tinggi, ketahanan penyakit tinggi, dan sifat kanibal rendah. Untuk sifat induk atau Parent Stock (PS) ditambah dengan spawning rate yang tinggi.

Hatchery (penetasan) Masamo di Pasuruan, sebut Mubin, mampu memproduksi induk PS Masamo 6.000 – 10.000 ekor per tahun. PS Masamo dilepas dengan harga Rp 100.000 – Rp 300.000 per ekor, tergantung jauh-dekatnya lokasi pembeli. Mubin mengakui harga calon induk lele Masamo 2 – 4 kali lebih mahal dibanding induk lele jenis Sangkuriang atau Phyton.

Sementara Final Stock, dikatakan Maylana Nurrma Diyanto, Technical Support and Marketing Supervisor PT Matahari Sakti, permintaan yang masuk ke hatchery PT MS mencapai 5 juta ekor per bulan. Pada April 2013, imbuh dia, benih size (ukuran) 4 cm diperdagangkan seharga Rp 70 per-ekornya, dan Rp 90 untuk yang ukuran 5 cm.

CIRI DAN SIFAT

Lele Masamo memiliki ciri khas fisik cukup berbeda dengan lele Dumbo, Sangkuriang dan Phyton yang lebih dulu beredar. Dijelaskan Maylana, kepala lele Masamo lebih lonjong, menyerupai sepatu pantofel model lama. Sirip (patil) lebih tajam, badan lebih panjang dan berwarna kehitaman. Ketika stres, muncul warna keputih-putihan atau keabu-abuan.

Lebih detil, Danang Setianto menggambarkan, terdapat bintik seperti tahi lalat di sekujur tubuh masamo yang berukuran besar, memiliki tonjolan di tengkuk kepala, serta bentuk kepala lebih runcing. “Pada induk, tonjolan di tengkuk terlihat nyata. Sangat berbeda dengan induk jenis lain, sehingga jenis lele Masamo tak mungkin bisa dipalsukan,” ungkapnya.

Tetapi saat masih berukuran benih, secara fisik lele Masamo susah dibedakan dengan benih lele varietas lain. “Bedanya pada sifat. Masamo lebih agresif dan nafsu makan lebih kuat. Sehingga jika manajemen pakan tidak bagus bisa berakibat pada kanibalisme,” papar Danang. Karena itu Danang hanya memasarkan benih Masamo kepada pembudidaya pembesaran yang serius, bukan yang tradisional.

SIFAT KANIBAL

Mubin mengistilahkan era kanibalisme tinggi pada masamo sudah lewat. “Dulu, waktu generasi awal sekali, sebelum yang generasi I itu memang iya. Pada generasi 1 sudah jauh berkurang sifat kanibal itu,” tegasnya. Mubin telah melakukan uji keseragaman ukuran anakan di hari ke-40 pemeliharaan. Hasilnya, keseragaman akhir normal. Keseragaman akan njomplang jika kanibalisme tinggi, karena ada lele dominan yang memakan lele lain.

Sumber : www.trobos.com
 
Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Salam Patilers

Tidak ada komentar:

Posting Komentar