Sabtu, 15 Juni 2013

Budidaya Cacing Tanah (Lumbricus Rubellus) dengan cara Monokultur


Seiring dengan tingginya harga pakan pabrikan, maka sebagai peternak lele, maka tingginya harga pakan ini menjadi salah satu hal yang cukup mengganggu. Dengan tingginya harga pakan, maka otomatis biaya produksi juga semakin tinggi. Padahal harga jual lele masih tetap. 

Gambar dari Google Images
Untuk itu diperlukan terbosan lain untuk mengganti pakan pabrikan ini dengan pakan lain yang kandungan nutrisinya tidak kalah dengan pakan pabrikan, namun harganya cukup murah. salah satu solusi pakan alternatif yang bisa digunakan adalah Cacing Tanan. 

Cacing tanah cukup mudah ditemukan, namun untuk kebutuhan yang cukup banyak diperlukan pembudidayaan khusus untuk cacing ini, nah berikut cara yang bisa dilakukan bagi peternak lele dalam membudidayakan cacing tanah sebagai pakan alternatif sikumis ini:

Pemilihan lokasi dan pembuatan kandang

Gambar dari Google Images
Lokasi budidaya cacing tanah tidak boleh terkena sinar matahari langsung. Dalam skala budidaya besar, dapat disediakan ruangan khusus yang atapnya tidak terbuat dari bahan-bahan yang dapat meneruskan sinar atau menyimpan panas. Sinar matahari langsung atau suhu tinggi dapat mengakibatkan pertukaran udara dalam wadah, sehingga media budidaya cacing tanah cepat kering. Pembuatan kandang sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang murah dan mudah didapat di lingkungan kita, antara lain, bambu, rumbia, genteng, ijuk, papan bekas, dll. Di dalam kandang dibuat rak-rak bertingkat sebagai tempat menaruh wadah pemeliharaan.

Pembuatan wadah pemeliharaan

Wadah pemeliharaan adalah tempat sarang cacing tanah, sehingga dapat memanfaatkan barang-barang bekas yang murah, seperti ember, kaleng, drum, karung, peti, plastik, dll. Ukuran wadah disesuaikan dengan kenyamanan saat perawatan. 

Bahan-bahan untuk sarang

Sarang merupakan tempat hidup sekaligus sebagai makanan cacing tanah. Untuk itu bahan sarang harus memenuhi syarat sebagai tempat hidup dan makanan. Bila bahan sarang lebih lengkap maka pakan tambahan yang harus diberikan lebih sedikit. Sehingga dapat dikatakan bahwa mutu sarang merupakan kunci keberhasilan budidaya cacing tanah. 
Bahan-bahan untuk sarang sebaiknya digunakan bahan yang murah. Bahan-bahan dimaksud antara lain kotoran ternak, serbuk gergaji, serutan kayu, sekam, dedak, rumput, dedaunan, lumpur selokan, kertas/karton yang tidak terpakai, kompos sampak, eceng gondok, ampas singkong, dan berbagai sisa-sisa hasil pertanian. Semua kotoran ternak terutama yang sudah dingin langsung dapat dipakai sebagai sarang budidaya cacing tanah.
Untuk membuat sarang, kita tidak perlu menggunakan semua bahan, tetapi yang terpenting harus memenuhi syarat-syarat antara lain mempunyai daya serap tinggi untuk menahan air, harus selalu gembur dan tidak menjadi padat, harus mudah terdekomposisi atau terurai, jangan mengandung tanah permukaan, dan jika diharapkan sebagai sumber pakan jangan terlalu tinggi proteinnya. 
Sarang bisa bervariasi susunannya tergantung dari bahan yang ada, temperatur lingkungan, dan tujuan budidaya cacing tanah. Hal ini mungkin karena cacing tanah berdaya adaptasi tinggi terhadap lingkungannya. 

Cara membuat sarang

Bahan-bahan yang tersedia terlebih dahulu dipotong-potong sepanjang 2-3 cm. Jika bahan tercemar zat-zat beracun, misal pestisida, sebaiknya direndam dulu dalam air selama 24 jam. Berbagai bahan, kecuali kotoran ternak, diaduk dan ditambah air. Pada minggu pertama dan kedua dilakukan pengadukan sebanyak dua kali dalam seminggu. Selanjutnya pada minggu ketiga dan keempat hanya dilakukan sekali pengadukan. Air selalu ditambahkan secukupnya supaya tetap basah, tetapi jangan sampai tergenang. 
Kotoran ternak secara terpisah juga harus selalu diaduk dan diberi air. Pengadukan dilakukan cukup sekali dalam seminggu. Biasanya dalam empat minggu sudah cukup baik untuk digunakan. 
Kemudian bahan campuran dan kotoran ternak itu dijadikan satu dengan perbandingan 70% bahan campuran dan 30% kotoran ternak. Seluruh campuran diaduk rata dan ditempatkan dalam lubang atau bak yang kemudian di atasnya ditutupi dengan plastik. Biarkan adukan itu selama 24 jam dan jangan sampai kekeringan. 
Yang perlu diperhatikan adalah tingkat keasaman dan temperatur dari adukan tersebut harus sesuai dengan media hidup cacing tanah. Temperatur diukur dengan termometer biasa, sedangkan tingkat keasaman (pH) dapat digunakan kertas lakmus. 
Setelah cacing tanah dimasukkan ke dalam bak, sebaiknya bak ditutup dengan daun pisang, pelepah pisang, atau dedaunan lain. Bisa juga menggunakan kertas koran, karung goni atau barang lain yang dapat digunakan sebagai tutup. Penutupan bertujuan untuk mengurangi penguapan dan melindungi cacing dari cahaya. 

Penanaman atau pemasukan bibit cacing tanah

Apabila media pemeliharaan telah siap dan bibit cacing tanah telah siap, maka penanaman dapat segera dilaksanakan dalam wadah pemeliharaan. Bibit cacing anah yang ada tidak sekaligus dimasukkan ke dalam media, tetapi harus dicoba sedikit demi sedikit. 
Amati apakah bibit cacing itu masuk ke dalam media atau tidak. Jika terlihat masuk, baru kemudian semua bibit cacing bisa dimasukkan. Pengamatan dilakukan setiap tiga jam sekali, apakah ada bibit cacing yang berkeliaran di atas media atau ada yang meninggalkan media. Apabila dalam waktu 12 jam tidak ada cacing yang meninggalkan media berarti cacing tanah tersebut betah dan cocok dengan medi. Sebaliknya jika media tidak cocok, maka cacing tanah akan berkeliaran di permukaan. 
Untuk mengatasinya maka harus dilakukan perbaikan media. Perbaikan media budidaya cacing tanah dapat dilakukan dengan cara disiran dengan air, kemudian diperas. Lakukan secara berulang hingga air perasannya tidak berwarna hitam atau cokelat tua. 

Pemberian pakan

Gambar dari Google Images
Cacing tanah diberi pakan sekali dalam sehari semalam. Jumlah pakan dalam sekali pemberian sama dengan berat cacing tanah saat penanaman. 
Secara umum pakan cacing tanah adalah semua kotoran hewan. Kotoran yang dipakai sebaiknya yang sudah matang atau sudah terdekomposisi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari proses dekomposisi dalam media yang akan menghasilkan panas sehingga dapat menaikkan temperatur dalam media. 
Namun pakan yang lebih bervariasi lebih disukai oleh cacing tanah. Variasi pakan dimaksud antara lain 30% kotoran hewan dan 70% kompos hijauan. Atau dapat juga 30% kotoran hewan dan 70% ampas kedelai. Dapat juga diberikan pakan dari sisa-sisa dapur. 
Pemberian pakan harus dalam bentuk bubur dengan perbandingan 1 campuran pakan dan 1 air. Pakan diberikan merata di atas permukaan media tetapi sisakan 2-3 cm dari tepi yang tidak ditaburi pakan. Kemudian pakan ditutup dengan kain atau plastik atau bahan lain yang tidak tembus cahaya. 

Penggantian media

Penggantian media dilakukan apabila media sudah menjadi tanah atau kascing (bekas cacing), atau pada media tersebut telah banyak telur yang disebut kokon. Supaya cacing tetap berkembang maka harus dipisahkan antara telur, anak, dan induk. Harus dilakukan penggantian media dengan cepat bila terlihat sudah menjadi tanah.
Hama dan musuh cacing tanah 
Lintah membunuh cacing tanah dengan cara menghisap darah cacing sampai habis. Cara pengendaliannya yaitu dengan menaburkan tembakau di permukaan media. 
Kumbang menaruh telur-telur dalam media. Setelah telur-telur tersebut menetas menjadi larva, larva akan memakan media dan pakan cacing tanah. Biasanya kumbang jarang ditemukan, tetapi bila menemukan kumbang di permukaan media, segerah dibunuh. 
Semut merah, memakan pakan cacing tanah yang mengandung karbohidrat dan lemak. Padahal kedua zat ini diperlukan untuk penggemukan cacing tanah. Pencegahan dilakukan dengan cara sekitar wadah pemeliharaan diberi air cukup. 
Tikus, memakan pakan cacing tanah yang berupa butiran, biasanya sisa pakan ayam. Menanggulangi gangguan tikus dengan cara memasang alat perangkap. 

Panen

Dalam beternak cacing tanah ada dua hasil yang bernilai ekonomis tinggi yaitu cacing itu sendiri dan kascing. Panen dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang akan kami sampaikan disini adalah yang paling sederhana sehingga mudah diaplikasikan. 
Siapkan alat penerang, bisa lampu bohlam, neon, atau petromaks. Bila salah satu dari bagian wadah pemeliharaan diberi penerang, maka cacing akan berkumpul di bagian lain karena cacing sangat sensitif terhadap cahaya. Kemudian tinggal mengambil cacing tanah yang sudah berkumpul pada salah satu sisi dan memisahkan cacing tanah dengan media. Cara pemanenan sebagai berikut, siapkan wadah berbentuk kerucut atau corong. Masukkan bagian sarang yang terdapat cacingnya (cacing sudah berkumpul pada salah satu bagian setelah bagian lain diberi penerang) ke dalam kerucut atau corong yang sudah dipersiapkan. Corong ditaruh di atas wadah penampung yang hanya diberi lubang sebesar lobang corong sehingga kondisi dalam wadah penampung tetap gelap. Sesuai dengan sifatnya cacing tanah akan turun ke bawah dan masuk dalam wadah penampung dengan sendirinya. Ambil sarang/kascing bagian atas sedikit demi sedikit sampai habis. Demikian cara panen dilakukan sampai semua cacing tertampung dalam wadah penampung.
Sumber: http://petunjukbudidaya.blogspot.com/2012/10/budidaya-cacing-tanah.html (Dengan sedikit tambahan/penyesuaian gambar) 
Mudah-mudahan artikel ini bisa bermanfaat

Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Salam Patilers

Tidak ada komentar:

Posting Komentar