Kamis, 22 Agustus 2013

Persiapan Kolam - SOP/Panduan Pembesaran Lele Sangkuriang Organik

Untuk membuat kolam pembesaran, bisa menggunakan kolam tanah, kolam terpal, maupun kolam tembok/Beton. 

Namun yang akan dijelaskan disini adalah panduan/cara-cara/langkah-langkah untuk membuat kolam terpal. silahkan klik link berikut untuk panduan pembuatan kolam terpal:

Panduan Membuat Kolam Terpal Lengkap

Tambahan:
Supaya menghemat bambu, gali tanah sedalam 1,2 meter, lalu bersihkan dari kotiran yang akan merusak terpal, kemudian sisa terpalnya di gantung di bambu.

Berikut contohnya:



Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Salam Patilers

Selasa, 20 Agustus 2013

Kenali dan Atasi Penyebab Penurunan Kualitas Kolam Pembesaran Lele Sangkuriang

Ada banyak pertanyaan dan pengalaman selama melakukan budidaya Lele Sangkuriang ini. salah satunya adalah pertanyaan yang sering saya jumpai yaitu mengenai kolam. Kolam merupakan salah satu komponen penting yang dapat menentukan sukses tidaknya budidaya yang kita jalani.

Salah satu hal yang sangat mengganggu adalah penurunan kualitas air pada kolam selama budidaya. Padahal jika pelaksanaan sesuai dengan petunjuk, perubahan air tidak akan menurun secara signifikan sehingga menyebabkan pengaruh pada lele itu sendiri.

Berikut beberapa keterangan yang berkaitan dengan perubahan kualitas air pada kolam:

Kenapa kualitas air kolam lele mudah berubah/menurun?

Ada banyak penyebab perubahan ini berikut beberapa diantaranya:
  1. Lele hidup di satu tempat dalam berkembang
  2. Makan dan buang kotoran dikolam
  3. Pakan lele 100% pellet yang kaya akan protein hewani
  4. Penumpukan kotoran lele merupakan sumber amoniak yang jadi racun bagi lele 
  5. Pemberian pakan yang tidak memenuhi standar budidaya

Lalu apa ciri yang menandakan air kolam jelek?

  1. Air menjadi Bau
  2. Nafsu makan lele  turun
  3. Lele Stress
  4. Imunitas lele turun 
  5. Lele Mudah terkena penyakit 
  6. Lele mengalami Perut kembung dan posisi lele menggantung
  7. Lele Bergerombol pada ujung kolam atau pojokkan kolam
  8. Terjadi Penumpukan bangkai lele di dasar kolam

Lalu kecepatan turunnya kualitas air kolam di pengaruhi oleh apa?

  1. Sumber air
  2. Ukuran lele
  3. Kepadatan lele
  4. Pakan
  5. Aplikasi bahan kimia
  6. Cuaca
NB: Pakan dan kepadatan lele adalah faktor yang sangat berpengaruh, jadi harap diperhatikan untuk POIN ini
 

Cara Mengatasi Menurunya Kualitas Air Kolam

  1. Pengurangan/penambahan air kolam
  2. Sedot kotoran/bangkai ikan dalam dasar kolam
  3. Pembatasan kepadatan lele
  4. Penggunaan Bahan-bahan herbal seperti daun pepaya dan garam gosok
  5. Jika diperlukan dapat menguunakan dan Optimalkan penggunaan P.R.O.B.I.O.T.I.K

Mudah-mudahan postingan ini dapat bermanfaat bagi patilers semua

Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Salam Patilers

Pendahuluan - SOP/Panduan Pembesaran Lele Sangkuriang Organik

Bismillahirahmanirahiim

Sebelum memulai sesuatu, tidak ada salahnya bagi kita untuk merencanakannya supaya segala sesuatunya berjalan dengan baik. Begtupun dengan SOP/Panduan ini saya harap bisa menjadi sebuah panduan untuk para peternak terutama yang baru dan ingin memulai budidaya Lele Sangkuriang.


SOP/Panduan ini adalah panduan untuk memulai ternak lele dengan teknik organik. Lalu mengapa saya memilih membuat panduan budidaya dengan teknik ini? Jawabanya adalah karena dengan cara ini, cara yang ditempuh tidak terlalu rumit, dana/biaya yang diperlukan cukup sedikit, dan hasil yang peroleh maksimal (telah dibuktikan oleh beberapa pembudidaya).

Oke kita mulai.

Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum memulai ternak lele sangkuriang.
  1. Tentukan dahulu apa yang akan dilaksanakan, apakah kita akan beternak untuk belajar (coba-coba) atau mau memulai dengan skala produksi
  2. Jika baru pertama dan baru akan mencoba, buat kolam dengan ukuran 2x5x1,5 meter dengan padat tebar 1000 ekor per kolam. dan buatlah dulu 1 kolam. Hal ini dimaksudkan untuk memaksimalkan hasil dan meminimalisir kerugian jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
  3. Cari suplier/penyedia bibit lele sangkuriang yang bagus. (jangan sampe pas kolamnya udah jadi baru nyari suplier bibit hehe).
  4. Jika sudah pada tahap melanjutkan dan cukup menguasai tentang pembesaran lele sangkuriang, silahkan buat kolam dengan ukutan produksi/bisnis dengan ukuran 4x6x1,5meter atau 8x10x1,5meter.
  5. Setelah diketahui pada posisi apa kita saat ini, silahkan dilanjut ke panduan selanjutnya.

Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Salam Patilers

Minggu, 18 Agustus 2013

Please, jangan obral Lele Sangkuriangmu

"Saya punya lele, dalam 2 minggu kedepan saya panen, ada yang mau nampung gak?". Sering saya mendengar kata-kata seperti ini dilontarkan oleh para pembudidaya lele sangkuriang. Sedih mendengarnya, setelah berjibaku membudidayakan lele dengan susah payah, mengeluarkan modal yang besar, meluangkan banyak waktu, eh koq hasilnya malah di obral sih?

Obral itu hanya untuk barang yang jumlahnya terlalu banyak jadi gak laku, atau memang kurang yang suka. nah kalo lele sangkuriang, saya yakin jutaan orang indonesia menyukai lele, terlebih kalau mereka sudah mencoba lele sangkuriang, pasti lebih banyak lagi yang suka.

Pasar selalu terbuka bagi lele sangkuriang, cuma masalahnya kita tidak punya akses kepasar, santai jangan terburu-buru, slow but sure aja, karena banyak pengepul nakal yang memainkan harga. jadi jual mahal dikit, karena pada dasarnya mereka juga butuh pasokan lele sangkuriang.

Yang paling utama adalah bagaimana menghasilkan lele berkualitas yang terus menerus, karena kalau hal ini bisa dicapai, maka para pengepul, atau bahkan pasar yang akan mendatangi kita untuk mendapatkan pasokan.

Dan yang terpenting, lele sangkuriang itu adalah baahn baku, jadi bisa diolah menjadi olahan lainnya sehingga kalaupun tidak ada yang membeli dalam bentuk lele, kita bisa jual dalam bentuk, kerupuk, abon, makanan kaleng, dan masih banyak lagi olahan lainnya.

Oke bos, Please, jangan obral Lele Sangkuriang mu karena masih banyak yang suka dan perlu sama  Lele Sangkuriangmu

Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Salam Patilers

Jumat, 09 Agustus 2013

Standard Operation Procedure (SOP) Budidaya Lele Sangkuriang Organik

Judulnya serem hehe, tapi hal ini saya maksudkan agar ada keseragaman dalam melakukan budidaya lele sangkuriang. Panduan atau SOP ini saya buat berdasarkan hasil pelatihan yang pernah saya ikuti, dengan tema "JURUS SUKSES BETERNAK LELE SANGKURIANG BERBASIS PENGALAMAN", yang diadakan oleh YADI SUPRIATNA *

Tanpa bermaksud menggurui atau show off, namun semoga hal ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang bermaksud memulai budidaya lele sangkuriang, baik yang mencoba ataupun yang serius mengembangkan lele sangkuriang.

Dalam SOP ini saya bagi dalam beberapa sub bahasan agar lebih mudah diikuti dan diimplementasikan sesuai dengan tahapan budidaya. diantaranya adalah:

Pendahuluan

Berisi beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan sebelum memulai budidaya lele sangkuriang.

Silahkan Klik disini:
Pendahuluan - SOP/Panduan Pembesaran Lele Sangkuriang Organik

Persiapan Kolam 

Berisi jenis-jenis kolam dan tata cara mempersiapkannya dari mulai pengisian air sampai pemberian herbal dan pupuk organik supaya air siap digunakan.

Pemilihan Benih

Berisi tata cara memilih bibit lele sangkuriang agar dalam budidaya lele sangkuriang dapat mencapai hasil yang diinginkan.

Silahkan Klik disini:

Pemberian Pakan

Berisi tata cara pemberian pakan dalam teknik budidaya lele sangkuriang secara organik.

Silahkan Klik disini:

Management Air

Berisi tata cara mengelola air, agar air yang ada pada kolam dapat digunakan secara maksimal. sehingga penggunaan air berlebihan dapat dihindarkan.  

Silahkan Klik disini:

Panen

Berisi tata cara yang dilakukan saat memanen lele sangkuriang.

Penutup 

Berisi rujukan/referensi dalam pembuatan panduan atau sop ini.


Keterangan:
* Konsultan Budidaya dan Bisnis Lele Sangkuriang. Beliau bersama-sama nasrudin secara aktif membagi-bagikan ilmu beternak lele sangkuriang yang telah berhasil ini ke peternak-peternak di seluruh pelosok nusantara. Keduanya bercita-cita menjadikan beternak lele sebagai salah satu alat untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia.

Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Salam Patilers

Kamis, 08 Agustus 2013

To all Patilers, Selamat Idul Fitri (Lebaran) 1434 H

Minal A'idin wal Faizin wal Maqbulin

Mohon Maaf Lahir & Batin




Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Salam Patilers

Senin, 05 Agustus 2013

Kenali jenis dan ragam Lele Konsumsi

Sebagai penghobi lele, ada baiknya kita lebih mengenali jenis dan ragam lele Konsumsi. Kususnya yang hidup dan ada di indonesia dan biasa dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi. Kalau istilah pribahasanya tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta hehe.

Ikan lele (Clarias Sp.) merupakan ikan dari genus Clarias yang banyak tersebar di perairan Asia dan Afrika. Di Asia Tenggara Sendiri terdapat 20 jenis ikan dari genus Clarias. Beberapa diantaranya dikonsumsi luas masyarakat karena ketersediaannya melimpah, rasanya gurih dan memiliki kandungan protein tinggi. Namun tidak semua jenis ikan lele cocok untuk dikonsumsi dan dibudidayakan. Hanya ikan lele dari jenis-jenis tertentu saja yang bisa dibudidayakan untuk tujuan konsumsi. Jenis-jenis ikan lele tersebut biasanya memiliki sifat unggul seperti pertumbuhan cepat dan tahan terhadap penyakit. Selain itu, ia harus bisa tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang mempunyai kepadatan tinggi dan kondisi air minim.

Foto by: alamtani.com
Ikan lele banyak hidup di perairan air tawar hingga air payau. Beberepa peternak lele di Pantura Jawa berhasil membudidayakan ikan lele di tambak bekas bandeng dan udang. Pada dasarnya, ikan lele hidup secara nocturnal, aktif bergerak di malam hari. Di perairan bebas lele berada di tempat-tempat air tergenang yang cenderung tenang seperti rawa, danau dan daerah sungai yang agak terlindung. Biasanya ikan ini memilih tempat-tempat yang teduh dan membuat lubang-lubang ditanah.

Ikan lele termasuk pada jenis ikan karnivora atau pemakan daging. Di alam ikan ini menyantap cacing, kutu, larva serangga dan siput air.  Pada keadaan tertentu ia bisa memangsa sesamanya alias kanibal. Biasanya, ikan lele menjadi kanibal karena tak ada makanan lain dan faktor perbedaan ukuran. Lele yang lebih besar akan memangsa kawanan yang lebih kecil.

Ikan lele berkembang biak dengan telur, dan telurnya dibuahi secara eksternal. Musim perkembangbiakan lele secara massal terjadi diawal musim hujan. Dibeberapa kasus masih membiak sepanjang musim hujan. Ikan lele memijah didorong oleh faktor kelimpahan air dan kualitas air, dimana pada musim hujan air cukup banyak dan kualitasnya lebih baik. Lele juga memijah ketika ada rangasangan berupa bau tanah. Tanah yang terjemur kemudian terendam air akan mengeluarkan bau khas yang merangsang ikan memijah. Kondisi ini biasanya terjadi saat hujan tiba.

Di Indonesia, setidaknya terdapat dua spesies ikan lele yang biasa dibudidayakan masyarakat. Yaitu spesies Clarias Batrachus dan Clarias Gariepinus. Dari dua spesies ini, ada beberapa ikan lele yang dikategorikan unggul yaitu lele dumbo, lele sangkuriang dan lele phyton. Setiap jenis ikan lele tersebut memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing. Berikut penjelasan dari jenis-jenis ikan lele budidaya di Indonesia.
1. Ikan lele lokal
Ikan lele lokal memiliki nama latin Clarias Batrachus, merupakan jenis ikan lele yang dikenal luas di masyarakat. Sebelum lele dumbo diperkenalkan di Indonesia, para peternak biasa membudidayakan ikan lele jenis ini. Namun saat ini sangat jarang peternak yang membudidayakan jenis lele lokal karena dipandang kurang menguntungkan. Lele lokal memiliki Food Convertion Ratio (FCR) yang tinggi, artinya rasio pakan yang diberikan terhadap berat daging yang dihasilkan tinggi. Perlu lebih dari satu kilogram pakan untuk menghasilkan satu kilogram daging dalam satu siklus budidaya. Selain itu, pertumbuhan lele lokal terbilang sangat lambat. Lele lokal yang berumur satu tahun masih kalah besar dengan lele dumbo berumur 2 bulan!

Terdapat tiga jenis lele lokal yang ada di Indonesia, yaitu lele hitam, lele putih atau belang putih dan lele merah. Diantara ketiga jenis lele itu, lele hitam paling banyak dibudidayakan untuk konsumsi. Sedangkan lele putih dan merah lebih banyak dibudidayakan sebagai ikan hias. Lele lokal memiliki patil yang tajam dan berbisa, terutama pada lele muda. Apabila menyengat, racun yang terdapat pada patil bisa membunuh mangsanya dan bagi manusia bisa membuat bengkak dan demam.
2. Ikan lele dumbo
Ikan lele dumbo pertama kali didatangkan ke Indonesia dari Taiwan pada tahun 1985. Ikan ini menjadi favorit dikalangan peternak karena pertumbuhannya yang cepat dan badannya yang bongsor dibandingkan dengan lele lokal. Sebagai perbandingan, lele dumbo berumur 2 bulan besar badannya bisa dua kali lipat dibanding lele lokal berumur satu tahun.

Menurut keterangan eksportirnya, lele dumbo merupakan hasil perkawinan antara Ikan lele asal Taiwan Clarias Fuscus dengan ikan lele asal Afrika Clarias Mosambicus. Namun keterangan lain menyebutkan lele dumbo lebih mirip dengan Clarius Gariepinus yang hidup di perairan Kenya, Afrika. Banyak literatur yang menggolongkan lele dumbo kedalam jenis yang kedua, termasuk artikel ini. Untuk pastinya, perlu penelaahan lebih lanjut dalam mengungkap asal-usul lele dumbo.

Dari sisi fisik, ikan lele dumbo bisa dibedakan dengan lele lokal dari warnanya yang hitam kehijauan. Lele dumbo juga akan bereaksi ketika terkejut atau stres, kulitnya berubah menjadi bercak-bercak hitam atau putih dan kemudian akan berangsur-angsur kembali ke warna awal. Lele dumbo memiliki patil seperti lele lokal, namun patilnya tidak mengeluarkan racun. Lele dumbo juga cocok dipelihara di kolam tanah karena tidak mempunyai kebiasaan membuat lubang. Secara umum, lele dumbo bisa tumbuh lebih cepat, lebih besar dan lebih tahan terhadap penyakit dibanding lele lokal. Namun dari sisi rasa, daging lele dumbo lebih lebih lembek. Sebagian orang menganggap daging ikan lele lokal lebih enak rasanya dibanding lele dumbo.

3. Ikan lele sangkuriang
Ikan lele sangkuriang resmi dilepas oleh Departemen Kelautan dan Perikanan pada tahun 2004. Penelitian ikan lele sangkuriang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPAT) Sukabumi sejak tahun 2002. Penelitian ini berawal dari kekhawatiran para peternak dengan menurunnya kualitas lele dumbo yang beredar di masyarakat. Penurunan disebabkan oleh kesalahan dalam menghasilkan benih dan penyilangan yang terjadi secara terus menerus. Hingga akhirnya diupayakan untuk mengembalikan sifat-sifat unggulnya dengan cara persilangan balik (back cross).

Ikan lele sangkuriang dihasilkan dari indukan betina lele dumbo generasi ke-2 atau F2 dan lele dumbo jantan F6. Induk betina merupakan koleksi BBPAT, keturunan F2 dari lele dumbo yang pertama kali didatangkan pada tahun 1985. Sedangkan indukan jantan merupakan keturunan F6 dari keturunan induk betina F2 itu. Penamaan Sangkuriang diambil dari cerita rakyat Jawa Barat tentang seorang anak yang bernama Sangkuriang yang mengawini ibunya sendiri. Sama seperti yang dilakukan BBPAT yang mengawinkan lele jantan F6 dengan induknya sendiri lele betina F2.

Dari hasil perkawinan ini ternyata didapatkan sifat-sifat unggul seperti kemampuan bertelur hingga 40.000-60.000 butir per sekali pemijahan. Jauh berbeda dengan kemampuan bertelur ikan lele lokal yang berkisar 1.000-4.000 butir. Lele Sangkuriang juga lebih tahan terhadap penyakit, dapat dipelihara di air minim, dan kualitas daging yang lebih baik.

Hanya saja kelemahannya, peternak tidak bisa membenihkan lele Sangkuriang dari induk lele Sangkuriang. Apabila ikan lele Sangkuriang dibenihkan lagi, kualitasnya akan turun. Jadi pembenihan lele Sangkuriang harus dilakukan dengan persilangan balik.

Saat ini BBPAT sedang menggodok varian baru lele Sangkuriang, yaitu ikan lele Sangkuriang II. Jenis ini merupakan perbaikan dari Sangkuriang I. Ikan lele ini persilangan antara indukan jantan F6 Sangkuriang I dengan indukan betina F2 lele dari Afrika. Indukan lele Afrika dipilih karena ukurannya yang besar, bisa sampai 7 kilogram. Hal ini dipandang bisa memperbaiki sifat genetis lele Sangkuriang. Berdasarkan pemulianya, yaitu BBPAT, ikan lele Sangkuriang II pertumbuhannya lebih besar 10 persen ketimbang Sangkuriang dan bobotnya pun lebih bongsor.

Ikan lele sangkuriang II belum dilepas secara bebas. Pihak BBPAT masih melakukan uji multilokasi di daerah Bogor (Jawa Barat), Gunung Kidul (Yogyakarta), Kepanjen (Jawa Timur) dan  Boyolali (Jawa Tengah). Daerah tersebut memang dikenal sebagai sentra-sentra produksi lele nasional.

5. Ikan lele phyton
Berbeda dengan varietas unggul lainnya yang biasanya ditemukan oleh para peneliti, ikan lele phyton ditemukan oleh para peternak ikan lele di Kabupaten Pandeglang, Banten, pada tahun 2004. Ikan lele phyton merupakan hasil dari silangan induk lele eks Thailand F2 dengan induk lele lokal. Sayangnya tidak diketahui apa spesies dari indukannya dan dari generasi keberapa indukan ikan lele lokalnya berasal. Menurut para penemunya, indukan didapat dari ikan lele lokal yang banyak dibudidayakan masyarakat setempat secara turun temurun. Tapi berdasarkan beberapa literatur, lele phyton berasal dari induk betina lele eks Thailand F2 dengan induk jantan lele dumbo F6.

Ikan lele phyton mempunyai ketahanan terhadap cuaca dingin, tingkat kelangsungan hidup (survival rate) lebih dari 90%. Sementara itu, FCR mencapai 1, artinya satu kilogram pakan menjadi satu kilogram daging dihitung mulai benih ditebar sampai panen dengan siklus pemeliharaan selama 50 hari.

Pada awalnya proyek Ikan lele phyton ini dilakukan untuk menjawab keluhan para peternak lele di Desa Banyumundu, Kabupaten Pandeglang. Mereka sering mengalami kerugian karena tingkat mortalitas yang tinggi dari benih lele yang dibeli dipasaran, seperti lele dumbo. Benih lele tersebut rupanya tidak cocok dibudidayakan di Desa Banyumundu yang beriklim dingin, pada malam hari berkisar 17 derajat celcius. Dengan metode try and error selama lebih dari 2 tahun akhirnya mereka menemukan varietas lele yang kemudian dinamakan Ikan lele phyton. Kualitas lele phyton ini juga diakui oleh Dinas Perikanan Budidaya Provinsi Banten.

Sesuai dengan namanya, lele phyton memiliki bentuk kepala seperti ular phyton. Gerakannya lebih lincah dari lele dumbo dan rasa dagingnya lebih gurih, tidak lembek. Dari segi rasa, lele phyton lebih mendekati lele lokal.
 
Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Salam Patilers

Jumat, 02 Agustus 2013

Video - Teknik Budidaya Cacing Sutra

Pada postingan lalu (Klik disini), budidaya cacing sutra sebagai pakan alternatif, khusus bagi bibit lele sangkuriang ternyata cukup mudah. jika dirasa pakan pabrikan sudah mencapar harga yang mengkhawatirkan, lebih baik mjika kita melirik budidaya cacing sutra sebagai pakan alternatif. berikut terdapat video yang menunjukan teknik/cara budidaya cacing sutra.


Klik pada video untuk melihat video



Semoga bermanfaat.

Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Salam Patilers

Kamis, 01 Agustus 2013

Hemat biaya produksi dengan membuat Pakan Sendiri

Masalah utama terhambatnya usaha pembudidayaan adalah tingginya biaya pakan. Ya hal ini dikarenkan hampir 50-65% biaya produksi di habiskan untuk pakan.

Pakan merupakan komponen paling penting dalam usaha budidaya ikan, termasuk ikan lele. Sekitar dua per tiga biaya produksi ikan lele dibelanjakan untuk pakan. Sialnya harga pakan lele tidaklah murah karena sebagian besar bahan bakunya diimpor. Hal ini banyak dikeluhkan para peternak ikan.

Untuk menjawab kendala di atas, ada baiknya kita mengetahui bagaimana cara membuat pakan lele alternatif dan sebagai subtitusi pelet buatan pabrik. Terdapat dua tipe pakan alternatif yang akan dipaparkan di sini, yakni pakan dari bahan-bahan utama dan pakan yang dengan memanfaatkan sisa-sisa. Pakan dari bahan-bahan utama dibuat dari bahan-bahan yang memiliki kandungan nutrisi sesuai dengan kebutuhan ikan lele. Sedangan pakan tambahan didapatkan dari bahan-bahan organik sisa atau yang harganya murah dan ketersediaanya melimpah.

Kandungan nutrisi pakan

Pakan lele yang baik harus memenuhi rasio pemberian pakan dengan penambahan bobot tubuh kurang dari satu (FCR>1). Artinya, setiap pemberian pakan sebanyak 1 kg akan menambah bobot tubuh sebanyak 1 kg. Jadi semakin kecil rasio FCR-nya, semakin baik pakannya.

Penyediaan pakan lele untuk pakan utama harus memiliki kandungan nutrisi yang lengkap. Pakan tersebut harus mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Protein berfungsi sebagai sumber energi utama. Jenis ikan karnivora semacam lele membutuhkan protein yang tinggi yaitu lebih dari 35% dari berat pakan.

Lemak dibutuhkan sebagai sumber energi tambahan penting. Selain sebagai sumber energi, lemak sangat penting untuk kelangsungan hidup ikan, melarutkan beberapa jenis vitamin dan menjaga keseimbangan daya apung ikan dalam air. Penambahan lemak pada pakan juga mempengaruhi rasa dan mutu pakan. Lele membutuhkan lemak dengan kadar 4-5 persen dari berat pakan. Kadar lemak tidak boleh berlebihan karena bisa menyebabkan penimbunan lemak pada usus dan hati ikan, sehingga ikan jadi kurang nafsu makannya.

Karbohidrat terdiri dari senyawa serat kasar dan bahan bebas tanpa nitrogen. Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi. Selain berfungsi sebagai nutrisi, karbohidrat juga bisa menjadi bahan perekat dalam pembuatan pakan lele. Kandungan karbohidrat pada pakan lele sebaiknya ada pada kisaran 4-6 persen.

Vitamin merupakan zat organik yang dibutuhkan ikan dalam jumlah kecil, namun peranannya sangat vital. Perannya untuk mempertahankan kondisi dan daya tahan tubuh. Vitamin umumnya tidak dapat disintesis oleh tubuh ikan, jadi harus dipenuhi dari luar atau pakan. Kebutuhan vitamin akan menurun seiring dengan pertumbuhan besar ikan.

Satu lagi yang dibutuhkan dalam jumlah kecil namun penting, yakni mineral. Mineral ini memainkan peran penting dalam membangun struktur tulang ikan dan dalam fungsi metabolisme. Mineral terdiri dari makromineral dan mikromineral. Makromineral ada dalam konsentrasi tinggi dalam tubuh ikan diantaranya kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na), kalium (K), fosfor (K), klorida (Cl) dan sulfur (S). Sedangkan mikromineral antara lain besi (Fe), seng (Zn), mangan (Mn), tembaga (Cu), iodium (I), kobalt (Co), nikel (Ni) fluor (F), krom (Cr), silikon (Si) dan selenium (Se).

Membuat pakan lele alternatif

Disebut pakan tambahan karena tujuannya untuk melengkapi pemberian pakan utama. Kandungan nutrisi pada pakan lele tambahan tidak bisa ditakar dengan tepat. Namun kandungannya masih bisa kita kira-kira. Pemberian pakan lele tambahan dalam budidaya lele intensif bisa menekan biaya pengeluaran pakan, sehingga peternak bisa menikmati keuntungan yang lebih besar. Bahan-bahan berikut disarikan dari pengalaman-pengalaman para peternak lele.

a. Pakan buatan pengganti pelet

Pakan alternatiif pengganti pelet bisa kita buat dari berbagai bahan. Kandungan utama pelet yang paling dominan adalah tepung ikan. Tepung ikan digunakan karena kandungan proteinnya yang tinggi dan gizi lainnya. Namun harga tepung ikan ini mahal, oleh karena itu kita bisa mencampurnya dengan bahan-bahan lain yang lebih murah tanpa mengurangi kandungan protein yang ada.

Pakan lele alternatif yang kita buat harus disesuaikan dengan kebutuhan standar ikan lele untuk tumbuh dan berkembang dengan baik dan cepat (lihat kembali tabel di atas). Untuk itu, ada banyak bahan alternatif yang bisa kita dapatkan, sebaiknya yang menjadi acuan adalah kandungan protein. Berikut tabel berbagai bahan beserta kandungannya dalam satuan persen (%):
Bahan                      Protein     Lemak
Tepung Ikan            62.99       8.4
Tepung Kedelai       36,6        14.30
Bungkil Kelapa       18.46      15.73
Tepung Jagung        10.40       0.53
Dedak Halus          15.58       6.8
Tepung Tapioka      2.6          2.6

Misalnya, kita ingin membuat pakan lele dari campuran 50 kg tepung ikan (kandungan protein 62,9%) dengan 50 kg dedak halus (15,58%), apakah campuran tersebut memenuhi kebutuhan protein ikan lele?

    Jumlah protein dalam tepung ikan = 62,9% x 50 kg = 31,45 kg
    Jumlah protein dalam dedak halus = 15,58 x 50 kg = 7,79 kg
    Jumlah total protein dari tepung ikan dan dedak halus = 39,24 kg
    
Artinya dari total berat bahan baku 100 kg didapat protein 39,24 kg atau 39,24% dari adonan tersebut adalah protein. Hal ini mencukupi untuk pakan lele dimana minimal tersedia kandungan protein kasar sebanyak 30%.

Untuk memperkaya kandungan nutrisi, kita bisa menambahkannya dengan berbagai vitamin ikan yang tersedia di pasaran.

b. Limbah peternakan unggas
Beruntung bagi peternak yang lokasinya dekat dengan peternakan unggas (ayam atau puyuh). Peternakan unggas biasanya menghasilkan limbah berupa ayam mati dalam jumlah yang kontinyu. Limbah tersebut bisa kita gunakan untuk pakan lele. Karena ikan lele pada hakikatnya adalan hewan karnivora.

Bangkai ayam atau puyuh sebaiknya tidak diberikan begitu saja untuk menghindari terjangkitnya penyakit pada ikan. Bangkai harus dibersihkan terlebih dahulu bulu dengan cara direbus. Selain menghilangkan bulu, proses perebusan berfungsi untuk membunuh bibit penyakit yang mungkin terkandung dalam bangkai. Perebusan bisa dilakukan dalam drum-drum besar.

Setelah direbus diamkan bangkai tersebut sampai dingin, lalu berikan pada ikan lele pada hari yang sama. Pakan diberikan dengan cara digantung dan celupkan pakan dalam air kolam. Setelah habis angkat kerangka yang tersisa jangan sampai menjadi residu dalam kolam.
c. Keong mas atau bekicot

Disebagian tempat, keong mas merupakan hama bagi petani padi. Kita bisa memanfaatkan daging keong yang kaya protein untuk pakan lele tambahan. Keong mas mudah ditemukan di daerah pesawahan. Cara mengumpulkannya pun mudah, apalagi kalau tempat kita ada di pedesaan. Tinggal pasang plang, terima keong mas lalu nego, beres urusan.

Sama seperti bangkai unggas, keog mas hendaknya tidak diberikan secara langsung. Rebus terlebih dahulu keong mas atau bekicot dalam air mendidih selama beberapa menit. Perebusan ini fungsinya untuk mengempukan daging, memudahkan pelepasan cangkang, dan membunuh bibit penyakit yang tidak dikehendaki. Setelah direbus, lepaskan cangkangnya dengan cara dicukil menggunakan garpu. Kemudian, daging keong dinginkan dan dicincang kecil-kecil. Setelah itu, berikan pada ikan.
d. Belatung

Belatung (maggot) merupakan sumber protein yang baik buat ikan lele. Belatung dihasilkan dari lalat. Ada beberapa jenis belatung yang cocok untuk dijadikan, salah satunya dari lalat black soldier fly (Hermetia illucens). Mengapa Hermetia illucens? Karena belatung ini memiliki kandungan protein kasar hingga 40% dan menurut penelitan BBPBAT cocok untuk pakan lele tambahan.

Untuk membiakkan belatung ini cukup sediakan ember, daun pisang, ampas tahu, sisa ikan asin dan bisa ditambahkan kotoran ayam. Caranya masukkan ampas tahu sebagai bahan utama kedalam ember, lalu tambahkan air bersih dan aduk hingga rata. Kemudian tambahkan ikan asin dan kotoran ayam, lalu tutup permukaannya dengan daun pisang kering agar lalat black soldier fly mau bertelur. Tempatkan ember ditempat teduh dan terlindung dari air hujan.

Setelah kira-kira 3 minggu atau bisa saja kurang dari itu, belatung sudah siap dipanen. Caranya campurkan air pada media kultur, lalu saring untuk memisahkan media kultur dari belatung. Belatung siap diberikan sebagai pakan lele. Untuk bahan baku media kultur sebanyak 100 kg kira-kira akan dihasilkan belatung 60 kg. Perhatikan, jangan menyimpan belatung segar terlalu lama karena bisa berubah menjadi lalat.

e. Ikan rucah
Bagi para peternak yang lokasinya berdekatan dengan tempat pelelangan ikan, opsi ini bisa menjadi pilihan yang efektif. Ikan rucah atau ikan sisa tangkaapan yang kecil-kecil yang tidak dikonsumsi manusia biasanya dijual dengan harga murah. Ikan ini bisa kita manfaatkan untuk pakan lele tambahan.

Ikan rucah biasanya tidak banyak mengandung tulang atau duri. Bagi ikan rucah seperti ini tidak memerlukan pengolahan terlebih dahulu. Bisa langsung dicincang dan diberikan pada lele. Namun bagi ikan yang banyak mengandung tulang atau duri, sebaiknya direbus dahulu.


Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Salam Patilers